
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah Kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIB dan kasus AIDS yang memerlukan terapi ARV (antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Sejak kasus pertama infeksi human immunodeficiency virus (HIV) diidentifikasi, jumlah anak yang terinfeksi HIV telah meningkat secara dramatis di negara-negara berkembang, hasil dari peningkatan jumlah wanita yang terinfeksi HIV pada usia subur di daerah ini. HIV adalah retrovirus dan dapat ditularkan secara vertikal, seksual, atau melalui produk darah yang terkontaminasi atau penyalahgunaan obat IV. Infeksi HIV vertikal terjadi sebelum kelahiran, selama persalinan, atau setelah kelahiran.
Skenario pemeriksaan HIV
Kategori |
Tes yang diperlukan |
Tujuan |
Aksi |
Bayi sehat, ibu terinfeksi HIV | Uji Virologi umur 6 minggu |
Mendiagnosis HIV |
Mulai ARV bila terinfeksi HIV |
Bayi-pajanan HIV tidak diketahui |
Serologi ibu atau bayi |
Untuk identifikasi atau memastikan pajanan HIV | Memerlukan tes virologi bila terpajan HIV |
Bayi sehat terpajan HIV, umur 9 bulan |
Serologi pada imunisasi 9 bulan |
Untuk mengidentifikasi bayi yang masih memiliki antibodi ibu atau seroreversi |
Hasil positif harus diikuti dengan
uji virologi dan pemantauan lanjut. Hasil negatif, harus dianggap tidak terinfeksi, ulangi test bila masih mendapat ASI |
Bayi atau anak dg gejala dan tanda sugestif infeksi HIV |
Serologi |
Memastikan infeksi |
Lakukan uji virologi bila umur < 18 bulan |
Bayi umur > 9 – < 18 bulan dengan uji serologi positif |
Uji virologi |
Mendiagnosis HIV |
Bila positif terinfeksi segera masuk ke tatalaksana HIV dan terapi ARV |
Bayi yang sudah berhenti ASI |
Ulangi uji (serologi atau virologi) setelah berhenti minum ASI 6 minggu |
Untuk mengeksklusi infeksi HIV setelah pajanan dihentikan |
Anak < 5tahun terinfeksi HIV harus segera mendapat tatalaksana HIV termasuk ARV |
Mulai kehamilan trimester ketiga, antibodi maternal ditransfer secara pasif kepada janin, termasuk antibodi terhadap HIV, yang dapat terdeteksi sampai umur anak 18 ii,iii Oleh karena itu pada anak berumur < 18 bulan yang dilakukan uji antibodi HIV dan menunjukkan hasil reaktif, tidak serta merta berarti anak tersebut terinfeksi HIV.
Untuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan uji virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya. Anak dengan hasil uji virologi HIV positif pada usia berapapun, artinya terkena infeksi
ASI dapat mengandung virus HIV bebas atau sel yang terinfeksi HIV. Konsekuensi dari mendapat ASI adalah adanya risiko terpajan HIV, sehingga penetapan infeksi HIV baru dapat dilaksanakan bila pemeriksaan dilakukan ATAU diulang setelah ASI dihentikan > 6 minggu.
Terapi profilaksis kotrimoksazol pada anak
Bayi dan anak terpajan HIV |
Bayi dan anak terinfeksi HIV | ||
< 1 tahun | 1-5 tahun | > 5 tahun | |
Profilaksis kotrimoksazol secara umum diindikasikan mulai 6 minggu setelah lahir dan dipertahankan sampai tidak ada risiko transmisi HIV dan infeksi HIV telah disingkirkan | Profilaksis kotrimoksazol diindikasikan tanpa melihat nilai CD4 atau stadium klinis | Stadium WHO
2-4 tanpa melihat persentase CD4 atau Stadium WHO berapapun dengan CD4< 25% |
Stadium WHO berapapun dan CD4< 350
atau Stadium WHO 3 atau 4 tanpa melihat kadar CD4 |
ATAU | |||
Universal: profilaksis untuk semua anak yang lahir dari ibu HIV positif sampai umur 5 tahun.
Strategi ini dipertimbangkan pada daerah dengan prevalensi infeksi HIV tinggi, angka kematian bayi akibat infeksi tinggi dan terbatasnya infrastruktur kesehatan |
sumber: WHO Consolidated Guideline 2013
Penghentian terapi profilaksis
- Untuk bayi dan anak yang terpajan HIV saja dan tidak terinfeksi (dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, baik PCR 2 kali atau antibodi pada usia sesuai), profilaksis dapat dihentikan sesudah status ditetapkan (sesingkatnya umur 6 bulan atau sampai umur 1 tahun)
- Untuk anak yang terinfeksi HIV:
- Umur < 1 tahun profilaksis diberikan hingga umur 5 tahun atau diteruskan seumur hidup tanpa penghentian
- Umur 1 sampai 5 tahun profilaksis diberikan seumur
- Umur > 5 tahun bila dimulai pada stadium berapa saja dan CD4< 350 sel, maka dapat diteruskan seumur hidup atau dihentikan bila CD4>350 sel/ml setelah minurm ARV 6 bulan. Bila dimulai pada stadium 3 dan 4 maka profilaksis dihentikan jika CD4 > 200 sel/ml.



www.obatonline.com |

Copyright © 2020, www.obatonline.com INFO ONBAT INDONESIA, Information Education Network. All rights reserved