
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah Kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIB dan kasus AIDS yang memerlukan terapi ARV (antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Sejak kasus pertama infeksi human immunodeficiency virus (HIV) diidentifikasi, jumlah anak yang terinfeksi HIV telah meningkat secara dramatis di negara-negara berkembang, hasil dari peningkatan jumlah wanita yang terinfeksi HIV pada usia subur di daerah ini. HIV adalah retrovirus dan dapat ditularkan secara vertikal, seksual, atau melalui produk darah yang terkontaminasi atau penyalahgunaan obat IV. Infeksi HIV vertikal terjadi sebelum kelahiran, selama persalinan, atau setelah kelahiran.
Penetapan kriteria klinis
Segera setelah diagnosis infeksi HIV ditegakkan, dilakukan penilaian stadium klinis (lihat lampiran). Penilaian stadium ditetapkan menurut kondisi klinis paling berat yang pernah dialami, dibandingkan dengan tabel.
Kriteria klinis
Klasifikasi WHO berdasarkan penyakit yang secara klinis berhubungan dengan HIV | |
Klinis | Stadium klinis WHO |
Asimtomatik | 1 |
Ringan | 2 |
Sedang | 3 |
Berat | 4 |
Penetapan kelas imunodefisiensi
Kelas imunodefisiensi ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan CD4, terutama nilai persentase pada anak umur < 5 tahun.
Tabel imunodefisiensi
Klasifikasi WHO tentang imunodefisiensi HIV menggunakan CD4 | ||||
Imunodefisiensi |
Nilai CD4 menurut umur | |||
< 11 bulan
(%) |
12-35 bulan (%) | 36-59 bulan (%) | > 5 tahun (sel/mm3) | |
Tidak ada | > 35 | > 30 | > 25 | > 500 |
Ringan | 30 – 35 | 25 – 30 | 20 – 25 | 350−499 |
Sedang | 25 – 30 | 20−25 | 15−20 | 200−349 |
Berat | <25 | <20 | <15 | <200 atau <15% |
Keterangan:
- CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur
- Digunakan bersamaan dengan penilaian klinis. CD4 dapat menjadi petunjuk dini progresivitas penyakit karena nilai CD4 menurun lebih dahulu dibandingkan kondisi
- Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV atau penggantian
- Makin muda umur, makin tinggi nilai CD4. Untuk anak < 5 tahun digunakan persentase CD4. Bila ≥ 5 tahun, nilai CD4 absolut dapat
- Ambang batas kadar CD4 untuk imunodefisiensi berat pada anak > 1 tahun sesuai dengan risiko mortalitas dalam 12 bulan (5%). Pada anak < 1 tahun atau bahkan
- < 6 bulan, nilai CD4 tidak dapat memprediksi mortalitas, karena risiko kematian dapat terjadi bahkan pada nilai CD4 yang tinggi.
Indikasi terapi ARV menggunakan kombinasi kriteria klinis dan imunologis
Anak berumur < 5 tahun bila terdiagnosis infeksi HIV maka terindikasi untuk
mendapat pengobatan ARV sesegera mungkin.
Indikasi ARV
Umur | Kriteria Klinis | Kriteria Imunologis | Terapi |
< 5 tahun | Terapi ARV tanpa kecuali | ||
> 5 tahun | Stadium 3 dan 4a | Terapi ARVb | |
Stadium 2 | <25% pada anak 24-59 | Jangan obati | |
bulan | bila tidak ada | ||
Stadium 1 | <350 pada anak <5
tahun |
pemeriksaan CD4
Obati bila CD4 < |
|
nilai menurut umur |
- Tatalaksana terhadap Infeksi Oportunistik yang terdeteksi harus didahulukan
- Meskipun tidak menjadi dasar untuk pemberian ARV, bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4 untuk memantau hasil pengobatan
Paduan lini pertama yang direkomendasikan adalah
- 2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) + 1 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Berdasarkan ketersediaan obat, terdapat 3 kombinasi paduan ARV (pilih warna yang berbeda)
Gunakan 3TC sebagai NRTI pertama
Langkah 2: Pilih 1 NRTI untuk dikombinasi dengan 3TCa :
NRTI | Keuntungan | Kerugian |
Zidovudin(AZT)b dipilih bila Hb > 7,5 g/dl) | – AZT kurang menyebabkan lipodistrofi dan asidosis laktat
– AZT tidak memerlukan penyimpanan di lemari pendingin |
– Efek samping inisial gastrointestinal lebih banyak
– Anemia dan neutropenia berat dapat terjadi. Pemantauan darah tepi lengkap sebelum dan sesudah terapi berguna terutama pada daerah endemik malaria |
Stavudin(d4T) c | d4T memiliki efek samping gastrointesinal dan anemia lebih sedikit dibandingkan AZT | d4T lebih sering menimbulkan lipodistrofi, asidosis laktat dan neuropati perifer (penelitian pada orang dewasa) |
Tenofovir (TDF)d | – Dosis sekali sehari
– Untuk anak > 2 tahun |
– Risiko osteoporosis dan
gangguan fungsi ginjal |
- a 3TC dapat digunakan bersama dengan 3 obat di atas karena memiliki catatan efikasi, keamanan dan tolerabilitas yang baik. Namun mudah timbul resistensi bila tidak patuh minum ARV.
- b Zidovudin (AZT) merupakan pilihan utama untuk lini 1. Namun bila Hb anak < 7,5 g/dl maka dipertimbangkan pemberian Stavudin(d4T) sebagai lini 1.
- c Dengan adanya risiko efek simpang pada penggunaan d4T jangka panjang, maka dipertimbangkan mengubah d4T ke AZT (bila Hb anak > 8 gr/dl)setelah pemakaian 6 – 12 bulan. Bila terdapat efek anemia berulang maka dapat kembali ke d4T
- d Tenofovir saat ini belum digunakan sebagai lini pertama karena ketersediannya belum dipastikan, sedangkan umur termuda yang diperbolehkan menggunakan obat ini adalah 2 tahun dan anak yang lebih muda tidak dapat menggunakannya. Selain itu perlu dipertimbangkan efek samping osteoporosis pada tulang anak yang sedang bertumbuh karena diharapkan penggunaan ARV tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badannya.
Langkah 3: Pilih 1 NNRTI
Keuntungan | Kerugian | |
Nevirapin (NVP) a,b | – NVP dapat diberikan pada
semua umur – Tidak memiliki efek teratogenik – NVP merupakan salah satu kombinasi obat yang dapat digunakan pada anak yang lebih tua |
– Insiden ruam lebih tinggi dari EFV. Ruam NVP mungkin berat dan mengancam jiwa
– Dihubungkan dengan potensi hepatotoksisitas yang mampu mengancam jiwa – Ruam dan hepatotoksisitas lebih sering terjadi pada perempuan dengan CD4> 250 sel/mm3, karenanya jika digunakan pada remaja putri yang sedang hamil, diperlukan pemantauan ketat pada 12 minggu pertama kehamilan (risiko toksik tinggi) – Rifampisin menurunkan kadar NVP lebih banyak dari EFV |
Efavirenz (EFV) b | – EFV menyebabkan ruam dan hepatotoksisitas lebih sedikit dari NVP. Ruam yang muncul umumnya ringan
– Kadarnya lebih tidak terpengaruh oleh rifampisin dan dianggap sebagai NNRTI terpilih pada anak yang mendapat terapi TB – Pada anak yang belum dapat menelan kapsul, kapsul EFV dapat dibuka dan ditambahkan pada minum atau makanan |
– EFV dapat digunakan mulai pada umur 3 tahun atau BB > 10 kg
– Gangguan SSP sementara dapat terjadi pada 26-36% anak, jangan diberikan pada anak dengan gangguan psikiatrik berat – EFV tidak terbukti memiliki efek teratogenik, tetapi bila perlu dihindari pada remaja putri yang potensial untuk hamil – Tidak tersedia dalam bentuk sirup – EFV lebih mahal daripada NVP |
- a Anak yang terpajan oleh Nevirapin (NVP) dosis tunggal sewaktu dalam program pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA) mempunyai risiko tinggi untuk resistensi NNRTI oleh karena itu dianjurkan menggunakan golongan PI sebagai lini satu. Akan tetapi bila tidak tersedia, paduan kombinasi 2 NRTI + 1 NNRTI dapat dipilih dengan pemantauan utama munculnya resistensi.
- b NNRTI dapat menurunkan kadar obat kontrasepsi yang mengandung estrogen. Kondom harus selalu digunakan untuk mencegah penularan HIV tanpa melihat serostatus HIV. Remaja putri dalam masa reproduktif yang mendapat EFV harus menghindari kehamilan
OBAT HIV
- 3TC : Lamivudine
- ABC : Abacavir
- AST : Aspartate aminotransferase
- AZT : Azidothymidine (juga dikenal zidovudine)
- CMV : Cytomegalovirus/ Infeksi sitomegalovirus
- dT4 : Stavudine
- ddI : Didanosine
- FTC : Emtricitabine
- IDV : Indinavir
- LPV : Lopinavir
- LPV/r : Lopinavir/ritonavir
- NVP : Nevirapine
sumber:
- PEDOMAN PENERAPAN TERAPI HIV PADA ANAK, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014



www.obatonline.com |

Copyright © 2020, www.obatonline.com INFO ONBAT INDONESIA, Information Education Network. All rights reserved